Friday, August 29, 2008

John Perkins: Confessions of an Economic Hitman


Penulis : John Perkins

Tebal buku : 278 halaman

Bahasa : Indonesia (terjemahan dari bahasa Inggris)

Penerbit : Abdi Tandur, 2005

Dimensi buku : 15,5 x 24 cm

Kategori : Ekonomi dan Politik


Di dalam buku ini, diceritakan sebuah kisah nyata yang begitu tragis mengenai bagaimana sebuah republik yang dihormati menjadi sebuah kerajaan yang ditakuti. John Perkins adalah sebuah Economic Hit Man (disingkat EHM) atau jika diterjemahkan profesinya adalah sebuah ‘Ekonom Perusak’. Ia tidak sendirian. Ia adalah salah satu dari segelintir orang yang melakukan pekerjaan yang sama sebagai Ekonom Perusak bagi negara-negara lain. Profesi itu tidak ia cita-citakan, namun datang dengan sendirinya kepadanya karena kemampuannya yang baik sebagai sebuah EHM.

Ia bekerja untuk MAIN, sebuah perusahaan yang cukup besar di Amerika Serikat yang merupakan bagian dari apa yang disebut dengan korporatokrasi (sebuah gabungan pilar dari korporasi-korporasi besar, bank internasional, dan pemerintah). Tugasnya adalah untuk membujuk negara-negara dunia ketiga atau lebih familiar dengan sebutan negara-negara berkembang, dengan sumber daya alam yang sangat tinggi tetapi tidak mempunyai kemampuan untuk mengeksploitasi dan bahkan tidak tahu bahwa mereka kaya akan sumber daya alamnya agar mereka mau menerima pinjaman dari Amerika Serikat untuk membangun infrastruktur yang independen di negara-negara tersebut. Tetapi tugasnya tidak hanya berhenti di situ saja. Selanjutnya ia harus memastikan bahwa uang pinjaman tersebut mengalir kembali ke korporatokrasi di Amerika Serikat dengan cara mewajibkan negara-negara tersebut menyerahkan proyeknya ke dalam tangan perusahaan-perusahaan AS.

Tidak hanya sampai di situ, EHM juga memastikan bahwa negara-negara yang menjadi ‘korban’ tersebut akan berhutang selamanya pada Amerika serikat dan akhirnya menjadi ‘boneka’ bagi AS untuk kepentingan negaranya semata.

Mereka akan ‘dipaksa’ untuk menerima proposal yang disajikan oleh para EHM. Jika para pemimpin negara-negara yang menerima proposal tersebut menolak untuk menyetujuinya, maka kekuasaan atau negara mereka berakhir dengan tragis. Pekerjaan EHM juga membuat Amerika Serikat menjadi negara yang dibenci dan menimbulkan semakin banyak golongan ‘Anti-Amerika’ seperti pada peristiwa 11 September dan secara tidak langsung menyiksa kaum-kaum masyarakat yang tidak mampu dan tidak dapat berbuat apa-apa.

Kemudian John Perkins menyadari keburukan dari pekerjaannya, dan untuk menebus kesalahannya, ia membantu kelompok-kelompok masyarakat yang tertinggal dan menjadi aktivis untuk lingkungan hidup dengan segala kemampuannya. Bahkan ia menerbitkan buku ini (Confessions of an EHM) walaupun sebenarnya ia sudah diancam dan disuap selama bertahun-tahun untuk tetap diam dan merahasiakan profesinya sebagai mantan EHM.

Secara penampilan, buku ini menarik dengan cover buku yang disajikan dengan layout yang baik dan teratur sehingga nyaman dan menarik untuk dibaca. Tidak ada kesalahan penulisan dalam buku ini. Bagian-bagian cerita dalam buku ini disajikan dengan teratur. Kata-kata atau bagian yang sulit untuk dimengerti akan diberi penjelasan singkat dan data-data yang dipaparkan dalam buku ini disertai dengan bukti-bukti yang mendukung.

Salah satu kekurangan dari buku ini adalah terjemahannya yang dirasa kurang pas dengan tulisan aslinya dan akhirnya membingungkan pembaca, walaupun secara keseluruhan maksud penulis dapat dimengerti dan tidak disalah pahami. Dalam buku ini juga terkadang penulis terlalu bertele-tele dan menjadi sulit untuk dipahami bagi kaum awam.

Dalam buku ini, bahasa yang digunakan menggunakan bahasa sehari-hari dengan pemilihan kata yang cukup sulit dan kadang-kadang sukar untuk dimengerti. Tetapi dalam buku ini, maksud yang hendak dipaparkan oleh penulis cukup jelas (Buku ini merupakan terjemahan dari buku berbahasa inggris)

Secara keseluruhan, buku ini sangat menarik untuk dibaca dan sebagai pembuka wawasan bagi kita agar dapat menyikapi dengan baik dan tidak mengulangi kesalahan yang sama. Serta untuk mengingatkan kepada kita, betapa jahatnya sistem kapitalis AS yang menjerumuskan dan hanya mementingkan diri sendiri.

Friday, August 8, 2008

for XI IPA 2 Detention! IMPORTANT!! =D

first of all.. gw Samuel.. 11 IPA 2. Masalah ini sensitif.. take care :)

(Pak) Boni bisa kayak gitu!?

Filosofi yang harus lw pada tau:
Kalo ada ular di dalam rumah.. apa harus satu rumah dibakar buat bunuh ular yang satu itu?(sori kalo ada yg marah.. gw bukan ngata2in siapa pun..)

Buat yang belum tau.. gini ceritanya: (ini penting.. jangan dilewatin n klo gw ada salah tolong dikoreksi)

Waktu itu hari Kamis, tanggal 7 Agustus 2008. Pelajaran terakhir.. BIOLOGI. Masih dengan guru yang sama.. Bonifacius B.N masuk ke kelas.. yang katanya kelas kita "ngangenin" klik di sini buat liad postingan boni. (gw gak boong)

And kemudian.. setelah beberapa lama.. kelas kita (11 IPA 2) ribut seperti biasanya guru-guru lain ngajar di sini.. Waktu itu ributnya seinget gw gak parah n gak separah guru-guru lain... Tapi kemudian tiba-tiba..
"Udah ya.. pelajaran selesai. Lu pada belajar sendiri sisanya buat ulangan senin"
dan dia keluar dengan seenaknya,. Memang waktu itu udah mau bel n udah tinggal dikit lagi waktunya.. tapi abis bel.. Ada yg manggil dia n itu orang gak mau balik ke kelas.. dengan pesennya yg gw denger gini

"Gw gak suka ama kelas lu.. Lu pada pulangnya jem setengah 2 aja!"


Waktu itu hari kamis.. hari itu gw, dd gw n dd gw yang satu lagi itu jam pulangnya berdekatan.. So. gw supir gw dipake buat jemput yg lain.. dan hari itu nyokap gw yg jemput. Jam 1.30 dd gw itu pulang juga, jadi nyokap gw harus jemput dia juga supaya gak telat. Gw dengan buru-burunya langsung keluar dari kelas tanpa mikir konsekuensinya dan gw udah bilang ke ivan kalo gw pulang duluan..

Sementara itu di kelas pas jem 1.30 guru itu masuk lagi ke kelas n ngabsenin.. Gak lupa dia bilang barangsiapa yg ninggalin kelas tadi hari Senin gak boleh ikut ulangan..

Nah.. itu dia.. Berarti gw gak boleh ikut ulangan..

Keesokan harinya. hari ini.. tadi tepatnya. Gw samperin tuh guru buat ngomongin soal yg ikut ulangan.. dan dia bilang..

" Tergantung hari seninnya.. lu harus minta maaf ke seluruh kelas kalo lu dah ninggalin kelas n tergantung kelasnya.. kalo mereka semua maafin lw maka lu boleh ikut ulangan.. kalo mereka nggak mau gw ada jalan lain" (jalan apaaaa????) :P

Nah point pentingnya bukan di situ.. gw tau gak mungkin sekelas tega biarin gw bernilai nol :D

Tapi gw terus berdebat.. dan gw terus "korek" supaya ada pernyataan yang jelas.. N ditengah perdebatan gw.. dia bilang:

"Ini baru perkenalan.. Nantinya bakal lebih parah.. kalo kelas lu ribut terus gw bakal kasih hukuman yang lebih berat!!"


GW yakin itu gak cuman ngancem.. bahkan dia udah ngasih contoh hukumannya.. kek misalnya tugas-tugas yg berat sebagai hukuman

wahhh!! parahh.. pernyataan itu menurut gw gak senonoh sama sekali.. kita semua tau.. yang ribut itu gak semua anggota kelas.. dan (bukannya gw ngebanding2in) sebagai contoh.. Pak Yanto bisa mengendalikan kelas dengan baik sampe case2 yang menurut gw konyol kayak gitu gak pernah terjadi.. Kenapa dia gak bisa?? Berarti ada yg salah donk dari dia.. toh dia.. bahkan semua guru (beneran deh.. semua!!) dah tau kalo kelas IPA 2 notabene dengan yg namanya "kelas ribut" :P

Kalo mau kita ungkit2 lagi.. dulu pas dia ngajar X1(gw mantan X1 :D) juga begitu casenya.. sampe2 disebar luaskan ke postingan blog (yang sudah dideletenya due terms of violation :P) yg menurut gw gak senonoh sama sekali!! dan menjelek2an kelas X1 dengan bangganya bilang "mampus lw" ke X1!!..

Finally..
gw bangga ada di kelas ini.. tapi gw kurang bangga dengan salah satu guru IPA yang mengajar di kelas ini.

buat sang Boni: udah kelewatan dia.. menurut gw dia harus figure out caranya supaya bisa didengerin di kelas TANPA lewat cara2 yg gak etis kayak gitu.

kalo pak Boni sendiri yang baca: pak, mungkin posting ini kesannya agak "mojok"in pak bon.. tapi ini sebenernya gak kayak gitu.. ini gak dilebih2in dan apa adanya. Tujuannya ya untuk pak bon juga.. Kalo menurut gw ya bukan gitu caranya pak.. (itu menurut gw, kalo filosofi lw beda. tolong jelasin biar gw ngerti dan masuk akal so bisa diterima oleh khayalak ramai terutama anak IPA 2 yang jadi "korban" ). Jangan jadi sensi ma gw ya pak! Damai2 aja :)

tolong feedbacknya.. menurut temen2 gimana ini? menurut gw ini harus ditindaklanjuti dengan serius dan seserius seriusnya.. (buset dah)

yang harus dimaklumin Pak Boni apa 11 IPA 2??

buat yang mau comment.. jangan takut.. ini open discussion, comment aja sesuai pendapat lw..

NB:Post ini bisa gw edit sewaktu2